Beranda | Artikel
Ayo Belajar Fiqih Hadis - Syaikh Shalih al-Ushoimi #NasehatUlama
Selasa, 30 November 2021

Ayo Belajar Fiqih Hadis – Syaikh Shalih al-Ushoimi #NasehatUlama

Pembahasan ke-14 adalah Fiqih al-Hadits. Ibnu ‘Uyainah berkata -yakni Sufyan bin ‘Uyainah al-Hilali-,
“Wahai ash-Habul Hadits (yaitu ulama hadis dan orang yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), pelajarilah fiqih hadits.” “Wahai para ash-Habul Hadits, pelajarilah fiqih hadits.” Diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam kitab al-Faqih wa al-Mutafaqqih. Dan yang dimaksud dengan fiqih hadits adalah pemahaman hadits dengan pemahaman yang benar. Fiqih Hadits adalah salah satu cabang ilmu hadits yang disebutkan para ulama terdahulu. Namun Fiqih Hadits ini dilalaikan oleh para ulama muta’akhir.

Para ulama muta’akhir yang mengklasifikasi cabang-cabang ilmu hadits seperti Ibnu ash-Shalah, al-‘Iraqi, hingga as-Suyuthi;
mereka menyebutkan lebih dari 90 cabang, namun tidak memasukkan cabang (fiqih hadits) ini. Padahal Abu Abdillah al-Hakim, pengarang kitab Ma’rifatu Ulum al-Hadits menyebutkan salah satu cabang ilmu hadits adalah fiqih hadits. Yaitu dengan mengetahui, memahami, dan meneliti hukum-hukum suatu hadits. Dan petunjuk pada hal ini merupakan petunjuk agar berusaha memahami apa yang diriwayatkan dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, karena melalui pemahamannya, akan menghasilkan pengamalan tuntunan Nabi, karena seluruh hadits yang diriwayatkan dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Baik itu yang berasal dari perkataan, perbuatan, persetujuan, atau sifat beliau semuanya mengandung tuntunan Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Dan cara untuk memahami tuntunan itu agar dapat diamalkan adalah dengan mengetahui kandungan fiqihnya; yakni dengan memahami hadits tersebut dan mengetahui makna-maknanya, sehingga jika makna-makna tersebut telah dipahami dengan benar, maka kamu baru dapat mengamalkannya.

Sebagai contoh, kamu mendengar hadits yang diriwayatkan dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam Shahih Muslim dari riwayat Tamim, “Agama adalah nasehat.” Para sahabat bertanya, “Bagi siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan bagi para pemimpin kaum muslimin, dan seluruh kaum muslimin.” Jika kamu hendak mengamalkan hadits ini, kamu harus mengetahui tuntunan Nabi dalam menjalankan nasehat ini, dan kamu harus mengetahui makna-makna yang terkandung pada kalimat, “Nasehat bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya -shallallahu ‘alaihi wa sallam- para pemimpin kaum muslimin, dan seluruh kaum muslimin. Apabila kamu tidak mendalami fiqih hadits, meski hanya melalui pendalaman dari sisi bahasa arab, maka akan timbul kesalahan dalam memahami makna-maknanya, yang dapat menjerumuskannya ke dalam kerusakan dan kesalahan pemahaman, karena orang tersebut menisbatkan makna-makna yang ia pahami kepada hadits-hadits Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, padahal bukan seperti itu maknanya.

Maka ia harus memiliki perhatian besar dalam memahami sunnah yang diriwayatkan dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, karena jika ia memahaminya dengan benar, maka ia telah menjaga keselamatan pemikirannya. Karena pemahaman hadits itu tidak merujuk pada makna yang salah yang tidak dimaksudkan oleh hadits tersebut. Dan akhir-akhir ini tersebar luas di masyarakat, karena memahami hadits hanya dengan pandangan akalnya semata. Bahkan oleh sebagian orang yang mengaku mempelajari hadits. Dia mengatakan, “Tampaknya maksud hadits ini adalah begini dan begitu.” Yang ia maksud dengan ‘tampaknya’ adalah yang terbesit dalam dirinya. Namun jika kamu mencarinya, kamu tidak akan mendapati ulama Islam yang memahaminya seperti itu. Bahkan jika kamu mencarinya di setiap generasi umat ini, kamu tidak akan mendapati seorang pun dari mereka yang mengatakan bahwa salah satu syariat, baik itu yang sunnah atau wajib yang telah ditetapkan adalah bagian dari makna hadits itu.

Yang menjadi bukti kesalahan dalam memahami hadits yakni ketika dikeluarkan dari konteks yang seharusnya yang merupakan sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan diriwayatkan kepada kita dari para sahabat, dan para sahabat meriwayatkannya kepada para tabi’in, dan tabi’in meriwayatkannya kepada tabi’ut tabi’in, begitu seterusnya di setiap generasi umat. Maka jika kamu hendak mengetahui fiqih hadits, kamu harus memulai dari generasi yang meriwayatkan hadits itu kepadamu. Dan ini terkadang kembali pada perhatian kepada pengetahuan tentang hadits. Dan terkadang pula kembali pada penguasaan bahasa arab yang benar. Karena salah satu hal yang merusak pemahaman adalah kerusakan bahasa arab.

Al-Hasan al-Bashri dan Abu ‘Amr bin al-Ala’ menyebutkan, bahwa para pelaku bid’ah bersumber dari ‘ujmah, yakni ketidaktahuan mereka terhadap bahasa arab, menghasilkan dalam diri mereka makna-makna yang salah yang mereka terapkan pada teks-teks syariat. Dan saat ini banyak sekali yang berkaitan dengan keselamatan pemikiran. Bahwa meskipun banyak orang yang mengaku sebagai orang arab, namun lisan mereka bukan lisan arab. Mereka hanya orang arab dari sisi silsilah nasab saja, namun jika kamu perhatikan kemampuan bahasa arab mereka, kamu mendapati mereka tidak menguasai bahasa arab, padahal dengan bahasa arab inilah teks-teks syariat dapat dipahami. Dan apabila ada orang yang kemampuan bahasanya tidak dapat dipercaya, maka bagaimana dia akan dipercaya untuk memahami syariat? Dan hal ini telah disampaikan oleh Abu Muhammad Ibnu Hazm -rahimahullahu Ta’ala-

===============================================================================

وَالْمُفْرَدَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ فِقْهُ الْحَديثِ

قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ وَهُوَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ الْهِلَالِيُّ

يَا أَصْحَابَ الْحَديثِ

تَعَلَّمُوا فِقْهَ الْحَديثِ

يَا أَصْحَابَ الْحَديثِ تَعَلَّمُوا فِقْهَ الْحَديثِ

رَوَاهُ الْخَطِيبُ الْبَغْدَادِيُّ فِي الْفَقِيهِ وَالْمُتَفَقِّهِ

وَالْمُرَادُ بِفِقْهِ الْحَديثِ

أَيْ فَهْمُهُ عَلَى الْوَجْهِ الصَّحِيحِ

وَهُوَ نَوْعٌ مِنْ أَنْوَاعِ عُلُومِ الْحَديثِ الَّتِي ذَكَرَهَا الْمُتَقَدِّمُونَ

وَأَهْمَلَهَا الْمُتَأَخِّرُونَ

فَالْعَادُّونَ عُلُومَ الْحَديثِ مِنَ الْمُتَأَخِّرِينَ

كَابْنِ الصَّلَاحِ ثُمَّ الْعِرَاقِيِّ وَانْتِهَاءً إِلَى السُّيُوطِيِّ

وَبَلَّغُوهَا بِضْعًا وَتِسْعِينَ نَوْعًا تَرَكُوا هَذَا النَّوْعَ

مَعَ أَنَّ أَبَا عَبْدِ اللهِ الْحَاكِمَ

صَاحِبَ مَعْرِفَةِ عُلُومِ الْحَديثِ

ذَكَرَهُ مِنْ أَنْوَاعِ عُلُومِ الْحَديثِ فِقْهَ الْحَديثِ

بِمَعْرِفَتِهِ وَدِرَايَتِهِ وَالْاِطِّلَاعِ عَلَى أَحْكَامِهِ

وَالْإِرْشَادُ إِلَى هَذَا هُوَ إِرْشَادٌ إِلَى طَلَبِ فَهْمِ

مَا يُنْقَلُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

لِأَنَّ فَهْمَ ذَلِكَ يُظْهِرُ التَّطْبِيقَ لِلْهَدْيِ النَّبَوِيِّ

فَالْأَحَادِيثُ الَّتِي رُوِيَتْ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

قَوْلًا أَوْ فِعْلًا أَوْ تَقْرِيرًا أَوْ صِفَةً

يَسْتَكِنُّ فِيهَا هَدْيُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَسَبِيلُ فَهْمِهَا لِتَطْبِيقِ هَذَا الْهَدْيِ

مَعْرِفَةُ فِقْهِهَا

بِأَنْ تَفْقَهَ هَذَا الْحَديثَ وَتَعْرِفَ مَعَانِيِهِ

حَتَّى إِذَا ثَبَتَتْ فِيهِ هَذِهِ الْمَعَانِي

بَادَرْتَ إِلَى تَطْبِيقِهَا

فَمَثَلًا أَنْتَ تَسْمَعُ الْحَديثَ الْمَرْوِيَّ

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ مُسْلِمٍ

مِنْ حَديثِ تَمِيْمٍ الدِّينُ النَّصِيحَةُ

قَالُوا لِمَنْ يَا رَسُولَ اللهِ ؟

قَالَ لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ

وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

وَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ تُطَبِّقَ هَذَا الْحَديثَ

اِفْتَقَرْتَ إِلَى مَعْرِفَةِ الْهَدْيِ النَّبَوِيِّ فِي صِفَةِ الْقِيَامِ بِهَذِهِ النَّصِيحَةِ

فَتَحْتَاجُ إِلَى مَعْرِفَةِ مَا يَنْدَرِجُ فِي مَعَانِي

النَّصِيحَةِ لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

فَإِذَا لَمْ تَتَطَلَّبْ فِقْهَ الْحَديثِ

نَشَأَ وَلَوْ بِمُجَرَّدِ الْاِقْتِصَارِ عَلَى اللِّسَانِ الْعَرَبِيِّ

نَشَأَ مِنْ ذَلِكَ الْغَلَطُ فِي فَهْمِ مَعَانِيْهِ

مِمَّا يُوقِعُ فِي فَسَادِ الْعَقْلِ وَاخْتِلَالِهِ وَاضْطِرَابِهِ

لِأَنَّ الْمَرْءَ يَصِيْرُ يَنْسِبُ الْمَعَانِي الَّتِي يَدَّعِيهَا

إِلَى أَحَادِيثِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَهِي لَيْسَتْ مِنْهَا

فَلَا بُدَّ أَنْ يَعْتَنِيَ الْمَرْءُ بِفِقْهِ

مَا نُقِلَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ السُّنَّةِ

فَإِنَّهُ إِذَا فَقِهَهُ عَلَى الْوَجْهِ الْأَتَمِّ

حَفِظَ أَمْنَ فِكْرِهِ، لِأَنَّ

الْفَهْمَ لِهَذَا الْحَديثِ لَا يَتَوَجَّهُ إِلَى مَعْنًى فَاسِدٍ

لَمْ يُرَدْ بِهَذَا الْحَديثِ

وَهَذَا شَاعَ بِالنَّاسِ بِأَخَرَةٍ

لاِقْتِصَارِهِمْ عَلَى مُجَرَّدِ النَّظَرِ الْعَقْلِيِّ

حَتَّى مِمَّنْ يَنْتَسِبُ إِلَى الْأَثَرِ

فَتَجِدُهُ يَقُولُ ظَاهِرُ هَذَا الْحَديثِ كَذَا وَكَذَا

وَيُرِيدُ بِالظَّاهِرِ مَا وَقَعَ فِي نَفْسِهِ

وَإِذَا رَأَيْتَ هَذَا الظَّاهِرَ

لَمْ تَجِدْ أَحَدًا قَدْ قَالَ بِهِ مِنْ عُلَمَاءِ الْإِسْلَامِ

حَتَّى أَنَّكَ تَتَصَفَّحُ طَبَقَاتِ الْأُمَّةِ قَرْنًا بَعْدَ قَرْنٍ فَلَا تَجِدُ أَحَدًا قَالَ

إِنَّ مِنْ مَعَانِي الشَّرِيعَةِ مَا اسْتُنْبِطَ مِنَ الِاسْتِحْبَابِ أَوِ الْإِيجَابِ

مِنْ مَعَانِي هَذَا الْحَديثِ

مِمَّا يَدُلُّ عَلَى الْغَلَطِ فِي فِقْهِ الْحَديثِ

لَمَّا اُقْتُطِعَ عَنْ سِيَاقِهِ الَّذِي جَاءَ فِيهِ

مِنْ كَوْنِهِ مِنْ كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَأَنَّهُ نُقِلَ إِلَيْنَا عَنِ الصَّحَابَةِ

وَأَنَّ الصَّحَابَةَ نَقَلُوهُ إِلَى التَّابِعِينَ

وَأَنَّ التَّابِعِينَ نَقَلُوهُ إِلَى أَتْبَاعِ التَّابِعِينَ

وَهَكَذَا فِي طَبَقَاتِ الْأُمَّةِ

فَإِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَعْرِفَ فِقْهَ الْحَديثِ

يَنْبَغِي أَنْ تَبْتَدِئَ مِنَ الطَّبَقَاتِ الَّتِي نَقَلَتْ إِلَيْكَ هَذَا الْحَديثَ

وَهَذَا يَرْجِعُ تَارَةً إِلَى مَا تَقَدَّمَ مِنَ الْعِنَايَةِ بِمَعْرِفَةِ الْآثَارِ

وَتَرْجِعُ تَارَةً أُخْرَى إِلَى صِحَّةِ اللِّسَانِ الْعَرَبِيِّ

فَإِنَّ مِمَّا يُفْسِدُ الْعَقْلَ

فَسَادَ اللِّسَانِ الْعَرَبِيِّ

قَدْ ذَكَرَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَأَبُو عَمْروٍ بْنُ الْعَلَاءِ

أَنَّ أَهْلَ الْبِدَعِ أُتُوا مِنَ الْعُجْمَةِ

أَيْ أَنَّ عَدَمَ مَعْرِفَتِهِمْ بِاللِّسَانِ الْعَرَبِيِّ

أَنْتَجَتْ فِي نُفُوسِهِمْ مَعَانٍ فَاسِدَةً لِلْخِطَابِ الشَّرْعِيِّ حَمَلُوهَا عَلَيْهَا

وَهَذَا يُوجَدُ الْيَوْمَ فِي مُتَعَلِّقَاتِ الْأَمْنِ الْفِكْرِيِّ

أَنَّ النَّاسَ وَإِنْ كَانُوا فِيمَا يَزْعُمُونَ عَرَبًا

لَكِنْ لَيْسَتْ أَلْسِنَتُهُمْ عَرَبِيَّةً

فَهُمْ عَرَبٌ بِاعْتِبَارِ سُلَالَاتِ أَنْسَابِهِمْ

لَكِنْ إِذَا جِئْتَ إِلَى اللِّسَانِ الْعَرَبِيِّ

لَا تَجِدُ عِنْدَهُمْ قُوَّةَ اللِّسَانِ

الَّتِي يُفْهَمُ بِهَا خِطَابُ الشَّرْعِ

وَإِذَا كَانَ الْمَرْءُ لَا يُؤْمَنُ عَلَى اللِّسَانِ

فَكَيْفَ يُؤْمَنُ عَلَى فَهْمِ الشَّرِيعَةِ بِهِ ؟

وَقَدْ ذَكَرَ هَذَا أَبُو مُحَمَّدٍ بْنُ حَزْمٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

 


Artikel asli: https://nasehat.net/ayo-belajar-fiqih-hadis-syaikh-shalih-al-ushoimi-nasehatulama/